BAB I
PENDAHULUAN
Presipitasi merupakan
jatuhan hydrometeor yang sampai ke bumi baik dalam bentuk cair (hujan) ataupun
padat (es atau salju).Di wilayah tropis seperti Indonesia presipitasi lebih
didefinisikan sebagai hujan karena sangat jarang terjadi presipitasi dalam
bentuk jatuhan keping es.
Awan dan presipitasi
merupakan bagian dari siklis hidrologi dan merupakan proses lanjutan dari
kondensasi yaitu perubahan fasa dari uap air menjadi tetes-tetes air. Udara di
atmosfer akan mengalami proses pendinginan melalui beberapa cara umumnya adalah
akibat pertemuan antara dua massa udara dengan suhu yang berbeda atau oleh
sentuhan udara dengan obyek dingin. Awan merupakan indikasi awal terjadinya
presipitasi tetapi awan tidak otomatis menandakan akan adanya hujan.
Hujan merupakan
satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut).
Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh
ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan
bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini
disebut sebagai virga.
Hujan memainkan peranan
penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap,
berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali
ke bumi sebagi hujan, dan akhirnya kembali ke laut
melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur
ulang itu semula.
Dua per tiga dari bumi
kita ini mengandung air dan sisanya adalah daratan. Air itu tersimpan dalam
banyak wadah seperti samudera, lautan, sungai dan danau. Air yang terdapat
di berbagai wadah tersebut akan mengalami penguapan atau evaporasi dengan
bantuan matahari. Air yang ada di daun tumbuhan ataupun permukaan tanah. Proses
penguapan air dari tumbuh-tumbuhan itu dinamakan transpirasi. Kemudian
uap-uap air tersebut akan mengalami proses kondensasi atau
pemadatan yang akhirnya menjadi awan. Awan-awan itu akan bergerak ke tempat
yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal maupun
horizontal.
Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan awan bergumpal. Gerakan
angin tersebut menyebabkan gumpalan awan semakin membesar dan saling
bertindih-tindih. Akhirnya gumpalan awan berhasil mencapai atmosfer yang
bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiran-butiran air dan es mulai terbentuk.
Lama-kelamaan angin tidak dapat lagi menopang beratnya awan dan akhirnya awan
yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi atau proses
jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke bumi. Seperti itulah proses terjadinya
hujan.
Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan
tiga faktor utama :
Kenaikan massa uap air
ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh.
Terjadinya kondensasi
atas partikel-partikel uap air di atmosfer.
· Partikel uap air tersebut
bertambah besar sejalan dengan waktu, selanjutnya jatuh ke bumi dan permukaan
laut (sebagai hujan) karena faktor gravitasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1PROSES PRESIPITASI
Presipitasi adalah curahan
atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang
berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di
daerah beriklim sedang.
Presipitasi adalah peristiwa
klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer
menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan
factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS (
merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang
kelembaban tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ).
Presipitasi mempunyai banyak
karakteristik yang dapat mempengaruhi produk air suatu hasil perencanaan
pengelolaan DAS. Besar kecilnya presipitasi, waktu berlangsungnya hujan dan
ukuran serta intensitas hujan yang terjadi baik secara sendiri-sendiri atau
merupakan kombinasi akan mempengaruhi kegiatan pembangunan ( proyek ).
Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya
presipitasi (mm).salju, es, hujan dan lain-lain juga dinyatakan dengan dalamnya
(seperti hujan) sesudah di cairkan.
Hujan terjadi karena adanya perpindahan massa air basah ke tempat yang
lebih tinggi sebagai respon adanya perbedaan tekanan udara antara dua tempat
yang berbeda ketinggiannya. Di tempat tersebut karena adanya akumulasi uap air
pada suhu rendah, maka terjadilah proses kondensasi dan pada gilirannya massa
air basah tersebut jatuh sebagai hujan. Disamping itu hujan bisa juga terjadi
akibat dari pertemuan antara dua massa air basah dan panas. Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan 3 faktor utama, yaitu:
1. Kenaikan
massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi
jenuh.
2. Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap
air kecil di atmosfer.
3.
Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk
kemudian jatuh ke permukaan tanah dan permukaan laut (sebagai hujan) karena
gravitasi bumi.
2JENIS-JENIS PRESIPITASI
a.
Presipitasi dalam bentuk
cair terbagi menjadi 2 macam:
Rain
curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0°
Celsius dengan diameter ±7 mm.
Drizzle
adalah
diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.
b.
Presipitasi dalam bentuk padat
terbagi menjadi 6 macam:
Snow adalah kristal es yang tumbuh sejalan dengan pertumbuhan
awan. Pada suhu > -5 oC, kristal es
biasanya berkelompok membentuk snowflake.
Snow
pellets atau graupel adalah butiran es berbentuk bundar, konikal maupun bulat
tipis berwarna putih dengan diameter 2 – 5 mm.
Biasanya terjadi dalam hujan ringan ketika suhu di dekat permukaan
mendekati 0 oC.
Snow grain adalah ukurannya sangat kecil < 1 mm, putih, bulat tipis.
Sleet
atau ice pellets adalah fenomena khas musim dingin berupa partikel es kecil
dengan diameter < 5 mm dan transparan. Terbentuk karena adanya lapisan udara
hangat di atas lapisan udara yang lebih dingin di dekat permukaan (profil suhu inversi). Ketika butir air terbentuk dan jatuh memasuki
lapisan di bawahnya, butiran itu membeku dan jatuh dalam bentuk butiran es
kecil yang tidak lebih besar dari butir hujan sebelumnya.
Glaze (freezeng
rain) adalah bentuk
hujan yang membeku ketika tiba di permukaan.
Kondisinya hampir menyerupai kondisi pembentukan sleet, tetapi lapisan
dingin di dekat permukaan tidak terlalu tebal sehingga butiran air yang jatuh
dapat melaluinya tanpa membeku hanya menjadi supercooled. Namun ketika menumbuk benda padat akan
membeku, sehingga menjadi lapisan es tebal yang membungkus benda-benda padat
yang ditumbuknya, yang cukup berat untuk mematahkan batang-batang pohon.
Hail adalah presipitasi dalam bentuk butir-butir es yang tidak
beraturan, dengan diameter sekitar 1 cm dengan variasi dari 5 hingga 75
mm. Hail dihasilkan hanya oleh awan
cumulonimbus yang ketika terangkat sangat kuat dan mengandung air superdingin
yang berlimpah.
3ALAT YANG DIGUNAKAN
UNTUK MENGUKUR PRESIPITASI
Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan
atau ombrometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul
pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah hujan
menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter
persegi. Definisi lain menyebutkan jumlah curah hujan adalah banyaknya endapan yang tertampung pada
alat penampung curah hujan dalam periode atau jangka waktu tertentu yang
dinyatakan dengan ukuran ketinggiannya dengan ketentuan atau anggapan tidak ada
air yang hilang karena penguapan atau perembesan. Jumlah endapan yang sampai ke
permukaan bumi dalam suatu periode tertentu dapat digambarkan atau diexpresikan
sebagai berhubungan dengan ketinggan air yang menutup secara horizontal pada
permukaan bumi. Dari definisi ini menjadi jelas bukan, bahwa hujan diukur berdasarkan
ketinggiannya.
Dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat
pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatik. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi pada saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu :
1.Harus diletakkan di tempat yang
bebas halangan atau pada jarak 4 kali tinggi obyek penghalang
2.Alat harus tegak lurus dan tinggi
permukaan penakar antara 90-120 cm di atas permukaan tanah
3.Bebas dari angin balik
4.Alat harus dilindungi baik dari
gangguan binatang maupun manusia
5.Secara teknis alat harus standart
6.Dekat dengan tenaga pengamat
Kepadatan
minimum jaringan hujan berikut ini telah direkomendasi guna maksud-maksud hidro
meteorologis umum (Linsley, et-al, 1982) :
·Untuk daerah datar, beriklim sedang,
mediteranean dan zona tropis 600 - 900 km2 untuk setiap stasiun.
·Untuk daerah-daerah pegunungan
beriklim sedang, mediteranean dan zone tropis, 100 - 250 km2 untuk setip
stasiun.
·Untuk pulau-pulau dengan pegunungan
kecil dengan hujan yang beraturan, 25 km2 untuk setiap stasiun.
·Untuk zone-zone kering dan kutub,
1500-10.000 km2 untuk setiap stasiun.
4PERSEBARAN BAIK SECARA VERTIKAL
MAUPUN HORIZONTAL
Berdasarkan posisi pembentukannya presipitasi dipilah
menjadi dua yaitu presipitasi vertikal dan horizontal. Presipitasi vertikal
adalh presipitasi yang posisi jatuhnya ke arah vertikal atau ke arah muka bumi.
Presipitasi ini dapat diukur dengan alat penakar hujan. Presipitasi horizontal
adalah presipitasi yang dibentuk di atas muka bumi.
Presipitasi vertikal menurut Seyhan dapat
dipilah menjadi lima jenis yaitu:
a.
Hujan adalah air yang
jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap air di atmosfer.
b.
Hujan gerimis adalah
hujan dengan ukuran tetesan hujan yang sangat kecil.
c.
Salju adalah
kristal-kristal kecil dan air beku yang secara langsung terbentuk uap air di
udara bila suhunya pada saat kondensasi kurang 0 derajat.
d.
Hujan es batu adalah
gumpalan es kecil dengan bentuk agak bulat dan dipresipitasikan selama hujan
salju.
e.
Sleet adalah campuran
hujan dan salju, hujan ini disebut juga
glaze (salju basah)
Sedangkan presipitasi
horizontal dipilah menjadi lima yaitu:
a.
Es adalah salju yang
sangat padat
b. Kabut adalah uap air
yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus di dekat permukaan
tanah
c.
Embun beku adalah bentuk
kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi. Disebut juga embun
beku putih
d.
Embun adalah air yang
terdapat di atas permukaan tubuh yang dingin terutama pada malam hari. Embun
ini mnguap pada pagi hari
e.
Kondensasi terjadi pada
es dan dalam tanah
BAB
III
PENUTUP
1 Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa presipitasi terdapat berbagai
penjelasan yaitu:
a.Proses terjadinya presipitasi
adalah adanya perpindahan massa air basah ketempat
yang lebih tinggi sebagai respon adanya perbedaan tekanan udara antara dua
tempat yang berbeda ketinggiannya. Di tempat tersebut karena adanya akumulasi
uap air pada suhu rendah, maka terjadilah proses kondensasi dan pada gilirannya
massa air basah tersebut jatuh sebagai hujan.
b.Jenis jenis presipitasi
terbagi menjadi 2 yaitu presipitasi dalam bentuk cair meliputi rain dan drizzle dan presipitasi dalam bentuk padat meliputi snow, snow pellets, snow grain, sleet,
glaze, hail.
c.Alat yang digunakan
untuk mengukur presipitasi adalah ombrometer
yang dinyatakan dalam satuan SI adalah milimeter.
d.Persebarannya secara
vertikal meliputi hujan, hujan gerimis, salju,
hujan es batu, sleet. Sedangkan persebaran secara horizontal meliputi
es, kabut, embun, embun beku, kondensasi pada es dan dalam tanah.
2 Dari
paper ini kami(penulis) mendapatkan manfaat dengan mengetahui dari materi
presipitasi dalam berbagai hal seperti proses presipitasi, jenis-jenis presipitasi,
alat yang digunakan untuk mengukur presipitasi, dan persebarannya secara
vertikal maupun horizontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar